Hari yang bersejarah
bagi setiap kaum muslim untuk melaksanakan rukun islam kelima, ibadah haji. Bulan
haji pada tahun 2011 menjadi bulan yang bahagia bagi ibu dari Eva Fariha (19).
Dimana pada tahun itu istri seorang pejabat Majelis Ulama Indonesia (MUI)
daerah Bandung Barat yakni Hj. Siti Maryam terpanggil untuk melaksanakan rukun
islam yang kelima.
Isak
tangis terharu mengantarkan keberangkatan beliau ketanah suci dengan di temani
suami tercinta. Selintas tak ada yang aneh atau pun janggal ketika akan
berangkat ke Makkah Al Mukaromah. Namun di sisi lain, terlintas fikiran ibu
dari Eva ini yakni ucapannya yang ingin bersemayam di tanah suci. Sontak
terkejut semua penghuni rumah namun tak dihiraukannya. Tetesan air mata bahagia bercucuran ketika
Eva mengingat kedua orang tuanya yang hendak memenuhi panggilan Ilahi.
Berbagai
perasaan hinggap dihatinya. Kadang kala merasa bahagia, sesaat merasa tenang,
namun bercampur sedih karena ditinggal jauh, kadangkala merasa takut apabila
terjadi sesuatu yang tidak di inginkan. Mengingat ibunya adalah sosok pahlawan
bagi hidup eva, dirasa rindu yang sangat besar karena ia adalah anak wanita
satu-satunya. Maka dari itu kontak batin diantara eva dengan sang ibu sangatlah
erat.
Mempermasalahkan
apa yang sedang ia rasa tak akan membuat hatinya tenang. Ia coba hiraukan
segala yang mengganggu fikirannya dari perasaan-perasaan tidak enak. Biarkan
kedua orang tuanya khusyuk menjalankan ibadahnya di tanah suci. Sejenak eva pun
merasa tenang dan kembali menjalani aktivitasnya sebagai mahasisiwa di salah
satu Universitas Negeri yang berlabel islam di kota Bandung.
Aktivitas
yang dijalani eva berjalan semestinya dan tanpa ada yang mengganjal di hatinya.
Sampai beberapa waktu terdengar kabar dari Negeri Arab bahwa ibunda eva mengalami
sakit karena kelelahan. Namun hal itu masih bisa di atasi oleh pihak medis di
Arab sana. Was-was perasaan eva, kembali fikirannya dihantui dengan perasaan
tak enak karena takut ibunya kenapa-kenapa. Tak pelah tiap kali menatap foto
sang ibu, ia selalu merasakan kerinduan yang sangat besar kepadanya. Dibalik
itu nasehat serta kata-kata sang ibu yang ia ingat selalu menenangkan hati dan
fikirannya.
Kembali
ia menjalankan aktivitas sebagaimana mestinya. Ada beberapa hal yang membuat
ikatan batin eva sangat dekat dengan ibunya. Sejak lahir, eva diasuh oleh
neneknya dan membuat eva sangat jarang bertemu dengan ibunya. Setelah tamat
sekolah dasar, eva langsung menimba ilmu ke pondok pesantren selama kurang
lebih enam tahun ia di pesantren. Akan tetapi, justru dengan jarang bertemunya
ia dengan sang ibu membuat hubungan batin mereka menjadi lebih kuat dan akrab. Fikirannya,
ia memang jauh dengan ibu, akan tetapi dekat dihati.
Beberapa
minggu pun berlalu. Suatu saat terdengar kembali kabar yang sangat mengejutkan
dan membuat seluruh keluarga eva bersedih dari tanah suci kalau ibu eva sedang
dirawat di rumah sakit sekitar daerah Madinah. Ibunda eva dirawat karena
terlalu kelelahan hingga akhirnya kabar itu sangat membuat eva tak kuasa
menahan air mata ketika ibunda eva dinyatakan meninggal dunia.
Seluruh
keluarga dan eva khususnya tidak percaya kalau ibunya itu sudah tiada. Tetesan
air mata tak bisa ditahan lagi. Isak tangis kesedihan mengantarkan sang ibu
menemui ajalnya dan dengan keimanan serta ketaqwaannya sang ibu menghadap Ilahi
selama-lamanya. Almarhumah Hj. Siti Maryam wafat di usia empat puluh enam tahun.
Dan pada tanggal 29 November dimana Siti Maryam menghembuskan nafas
terakhirnya. Ketika itu Siti Maryam hendak melaksanakan wukuf di Arafah. Karena
wukufnya tidak ingin di badalkan (diwakilkan) maka ia bersitegang ingin
melaksanakan wukuf dengan suaminya. Karena terlalu kelelahan dan di diagnosa
kalau Siti mengidap penyakit maka ia dilarikan kerumah sakit dan menghembuskan
nafas terakhirnya.
Kesedihan
belumlah sampai di situ. Mengingat peraturan di tanah suci apabila warga Negara
Indonesia meninggal di tanah suci sewaktu melaksanakan ibadah haji maka
mayatnya tidak bisa di bawa pulang. Air mata tak henti-hentinya menetes di pipi
eva karena tak bisa mengantarkan jasad ibunya ke pengistirahatan terakhirnya.
Pada saat berangkat ke Makkah-lah eva untuk terakhir kalinya menatap senyum
ibunya. Siti Maryam di semayamkan di Jaranah Makkah. Tak sering eva mengunjungi
makam ibunya karena letaknya yang sangat jauh dengan Indonesia.
Apa
mau dikata, itu sudah menjadi ketentuan Sang Ilahi. Kalau pun itu yang terbaik
untuk eva, maka ia merelakan ibu tercintanya memenuhi panggilan Tuhan. Ia
teringat kata-kata sebelum Almarhumah ibunya handak berangkat ke tanah suci
kalau Siti Maryam ingin sekali bersemayam di Arab sana. Mungkin itu menjadi
salah satu pertanda dari Sang Maha Kuasa. Kerinduan tak akan pernah terbayar
dengan apa pun ketika eva mengingat ibunya yang menjadi inspirator dan motivator
bagi kehidupannya.
Disamping
itu setiap kali eva rindu akan ibunya, sang bunda selalu datang dan menasehati
lewat mimpi. Kata-kata terakhir yang dilontarkan eva yakni “mamahku is the great mom in the world and I proud to be her children”.
Mamah ku “Hero for my life”.
Didunia
ini banyak sekali yang bisa kita jadikan inspirasi dalam menjalani hidup,
menjalani berbagai aktivitas. Dan didunia ini banyak sekali yang menjadi
inspirator bahkan sekaligus menjadi motivator untuk kita jadikan acuan
penyemangat. Bagi sebagian penduduk di dunia ini khususnya di Indonesia banyak
yang menjadikan sosok ibu sebagai inspirator dan juga motivator bagi kehidupan
kita.***Amarulloh Hadiyono / Jurnalistik
A Semester IV***
0 komentar:
Posting Komentar