Blogger Widgets

Lain-lain

  • Autumn Deep Forest
  • By Aank Amar : Pantai Cilacap menyuguhkan berbagai keindahan Alam
  • By Aank Amar : Puncak Gunung Darajat yang mempesona akan pemandangannya. Berada di kota Garut, puncak darajat ini sering dikunjungi berbagai wisatawan lokal maupun domestik
  • By Aank Amar : Sunset di Pantai Garut Selatan

Senin, 18 Februari 2013

Jurnalisme Sastrawi



Ukiran Boy dalam Football

PAGI itu sebelum banyak orang beraktivitas, hanya ada beberapa ibu rumah tangga yang lalu-lalang hendak mencuci pakaian kotor yang sudah menumpuk, saya hanya duduk ditemani kopi yang perlahan mendingin. Tatapan yang tak tahu entah kemana membawa saya mendalami berbagai mimpi dan khayalan. Kontrakan yang berjajar hanya tiga rumah menjadi pemandangan sehari-hari dan tempat bersandar saya tembok gedung yang sering dipakai berbagai kegiatan.

Tempat saya berteduh dan memejamkan mata menjadi kontrakan paling akhir dan merupakan gang buntu dari gang utama sejauh 300 meter. Suara knalpot motor yang lewat hendak menuju jalan raya mengalihkan perhatian dan membangunkan saya dari khayalan-khayalan. Minggu itu terlihat cerah. Genangan-genangan air sisa hujan semalam mulai surut di sinari matahari yang muncul dari timur.

Dari kejauhan gang utama terdengar beberapa anak-anak usia Tujuh tahunan sembari membawa bola sepak menuju lapangan tempat berlatih. Daerah dipinggiran kota Cimahi Selatan tepat kawasan Cijerah-Melong Asih (Sindang Sari) menjadikan daerah penghubung Bandung-Cimahi. Akses jalan yang semakin hari semakin padat dipengaruhi juga oleh kemajuan penduduk sekitar Cijerah.

Telah lama berdiri sebuah club sepak bola yang hingga kini masih aktif menjalankan kegiatan rutin di hari Minggu. Usianya yang tua sejak berdiri Empat Belas tahun yang lalu tetap menjadikan Sindang Sari FC kokoh meski dipegang oleh tiga generasi kepengurusan. Berawal hanya sebagai selingan kegiatan kecil yang diadakan oleh pemuda Sindang Sari, sekarang berdiri menjadi sebuah organisasi. Kini dikenal sebagai sebuah club sepak bola yang maju dan beranggotakan lebih dari Lima puluh orang. Miris ketika melihat Sindang Sari FC yang sedari dulu banyak diminati oleh setiap kalangan. Mulai dari yang tua hingga yang muda (mulai bergabung tahun 2001-an).

Hampir dibagi menjadi empat tim. Tim senior usia 21 tahun keatas, tim full A usia 17-20 tahun, tim full B usia 13-16 tahun, tim full C usia 9-12 tahun, tim full D usia dini.
“Mas Boy, hayu kalapang latih barudak (Mas boy, ayo ke lapangan latih anak-anak)”. Sapaan yang membangunkan saya dalam lamunan yang tak tahu dimana akhirnya.
“Oke….”, balas saya sembari mengambil peralatan sepak bola.

Kondisi lapanganan yang masih menyisakan becek akibat hujan semalam. Air menggenang di sisi penjaga gawang. Lapang yang terletak tak jauh dari daerah saya menjadi lapangan satu-satunya yang dipakai oleh Tim Galaxy dan Sindang Sari FC. Tak begitu luas seperti lapangan pada umumnya, sarana ini cukup untuk mewakili dan mengembangkan kegiatan olahraga tiap minggunya.

Saya menjadi generasi ketiga kepengurusan dan kepelatihan Sindang Sari FC dan Galaxy FC. Artinya saya menjadi pelatih ketiga yang sebelumnya di ketuai oleh Budi dan Pak Edi (Alm). Budi yang sebelumnya memberikan nama Puma FC (sekarang Galaxy FC-untuk Tim Muda) tak begitu mulus dalam kepelatihannya. Terjerat kasus yang mungkin tidak etis untuk dibicarakan. Saya mendapat pelajaran yang berharga dari kisah kepelatihan pertama itu. Lama berjalan, skuad Sindang Sari tanpa sosok pelatih. Hanyut terombang ambing tanpa ada pengarahan dari penentu kesuksesan suatu tim.

Selang beberapa tahun akhirnya terpilihlah sosok yang pas untuk mengganti kedudukan pelatih pertama. Pak Edi menjadikan tim muda dan Sindang Sari FC sempat berjaya untuk beberapa waktu. Mental, fisik, strategi semua itu diolah kembali dan lebih matang setelah sebelumnya tim tidak tahu strategi apa yang harus dicanangkan ketika bertemu lawan. Terasa perbedaan yang signifikan dari kepelatihan pertama dan kedua. Budi yang lebih kepada strategi dan pengkostuman, sedangkan pak Edi yang sering mengasah mental serta fisik tim muda dan memfokuskan strategi bagi Sindang Sari FC.

Namun tak lama kepelatihan dipegang oleh pria asal Panjalu itu. Karena pelatih saat itu sibuk untuk urusan pribadinya dan lagi-lagi seorang pelatih yang tidak seharusnya mengambil hak para anak asuhnya dengan mengumbar janji bahwa kostum inti akan segera di buat. Dua kasus seperti itu terjadi di tim sepak bola yang tak begitu besar. Kini saya yang meneruskan perjuangan kepelatihan sebelumnya dan menjadikan organisasi sepakbola daerah Sindang Sari FC harus kembali berjaya.
***

Hari itu Minggu (23/9) terlihat kemampuan tim muda sedikit menurun karena sebelumnya fakum ramadhan. Hingga harus menyesuaikan diri dengan kondisi lapangan yang terlihat agak asing karena perubahan tekstur tanah yang lebih merata namun becek. Satu tugas penting saya yang harus mengembalikan semangat baru kepada tim asuhan agar lebih baik dalam performanya dan bisa lebih optimal mengalahkan lawan yang hendak diundang untuk tanding.

Seperti kebiasaan lamanya para tim muda dan tim Sindang Sari FC atau lebih dikenal dengan tim senior melakukan berbagai pemanasan. Fisik diolah untuk lebih tahan bertanding dua kali tiga puluh menit. Tatkala mengingat jadwal latihan yang hanya dua jam, satu jam digunakan untuk prepare, pemanasan dan atur strategi. Satu jam lagi digunakan untuk permainan sepak bola Tim Muda versus Tim Senior.

Rumput yang mulai meninggi menjadi salah satu kendala bola tidak bergulir begitu mulus. Terkadang operan bola dari kawan terhenti. Sedikit genangan air pun sedikit membuat cipratan becek. Peluit panjang dibunyikan tanda kick off babak pertama berakhir. Sigap para pemain menghampiri air mineral yang tepat berada dipinggir lapang. Satu gelas air mineral sedikit menenangkan haus yang dirasakan para pemain. Skor babak pertama dimenangkan oleh Tim Senior 2-0.

Terduduk lemas ketika saya mengakhiri babak kedua dan seketika melihat para anak asuh yang hendak mondar-mandir serta berbincang mengevaluasi hasil pertandingan yang belum usai. Saya sendiri pun ikut andil dalam Tim senior. Sebagai seorang pelatih Tim muda sekaligus pemain di Tim Senior.

Babak kedua dimulai. Kini tim muda berambisi untuk memenangkan sesi latihan pertama ini. Strategi yang semula dikukuhkan, kini mereka ubah dengan inisiatif dari sang kapten. Bola bergulir kesana kemari, adu srtategi dimulai. Kini terasa oleh tim senior mulai adanya perlawanan dari tim muda. Hingga salah satu kesalahan dari tim senior, pertahanan belakang lemah hingga akhirnya membuahkan gol bagi tim muda. Skor sekarang 2-1 masih dimenangkan tim senior.

Seperti tak ingin kalah, para senior terus melancarkan serangan demi serangan. Mematahkan mental mereka yang terkenal masih sangat lemah. Pikiran saya tebelah menjadi dua ketika harus menjadi dua sosok sekaligus dilapangan. Terkadang saya pun menjadi sosok yang berbeda hingga istimewa dikehidupan sehari-hari bagi anak-anak asuh saya. Saat latihan memang sayalah yang menjadi pelatih bagi mereka. Saat latihan tanding melawan tim senior, saya pun menjadi lawan bagi mereka. Dan saat setelah semuanya usai, saya menjadi tempat mereka untuk mencurahkan segala unek-unek, cerita-cerita singkat yang mereka alami dan mereka pendam.

Yaa… Pikiran singkat itu datang ketika saya menunggu bola menghampiri saya yang kelemasan karena berlari kesana kemari dibabak dua ini. Tak sempat bola menyentuh kaki, peluit nyaring terdengar tanda babak dua usai. Skor akhir 2-1 dimenangkan oleh tim senior. Sama seperti sebelumnya, semua berhamburan mendatangi air mineral yang terpapar di samping lapang. Masih butuh adaptasi untuk latihan perdana Galaxy dan Sindang Sari FC ini. Semua terasa kaku tak seperti biasanya. Para pemain muda harus lebih digojlok dari semua segi. Mulai dari fisik, mental hingga strategi. Berbicara tentang tim senior, mereka hanya butuh komunikasi antarpersona ketika dilapang. Yang saya tekankan kepada tim asuhan senior maupun tim muda yaitu K-3. Komunikasi, kekompakan dan kerjasama.

Setelah semuanya usai, kini semuanya bergegas pulang hendak membersihkan badan. Saya pun tak ingin ketinggalan untuk segera menuju tempat dimana saya membersihkan semua pakaian yang tadi hendak dipakai. Melihat kearah kontrakan yang saya tempati, disana sedang terbaring istri saya yang asik memainkan handphone. Sementara anak tiri yang sudah saya anggap sebagai anak sendiri bermain dengan teman sebayanya. Ia kini berusia 14 tahun. Yaa.. dialah istri pertama yang berstatus janda dan akhirnya ku nikahi atas nama cinta dan kasih sayang sepenuhnya meski sebelumnya ia pernah menjalin pernikahan yang akhirnya kandas ditengah jalan.

Saya mulai membersihkan badan saya yang letaknya dipinggir kontrakan. Tempat yang terbuka namun semua penghuni disekitar kotrakan yang berjajar itu memahami apabila ada yang sedang membersihkan badan, mereka tak berani untuk mengganggunya atau sekedar mengambil air dari sumur pun mereka harus menunggu dengan alasan saling menghormati antar sesama tetangga.

Waktu berjalan cepat hingga akhirnya mulai gelap. Bintang yang setia pada malam, begitu pula kesetiaan embun menemani pagi. Matahari yang tak pernah lelah terangi dunia ini. Seperti halnya kehidupan saya yang tak menentu. Selintas memikirkan nasib saya di keheningan malam saat itu. Dengan penghasilan yang tak menentu apakah saya masih mampu menafkahi keluarga ?? Apakah mereka bahagia bersama dengan saya yang keadaannya seperti ini ??

Saya baringkan tubuh yang hendak melemas karena latihan tadi pagi. Selintas melihat sang istri dan anak saya yang sudah terlelap kedalam mimpi. Kembali dalam lamunan namun kini berubah menjadi suatu perasaan yang seharusnya saya tidak berkata seperti itu. Seharusnya saya bersyukur atas semua yang telah Tuhan berikan selama ini. Tak sampai setengah jam saya melalun, akhirnya terlelap juga.

Pagi pun datang saya dengan kebiasaan lama selalu menjemurkan tubuh di bawah terik matahari. Kegiatan di hari senin hingga sabtu seperti biasa, saya mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Terlihat sang istri asik dengan telepon genggamnya, entah apa yang sedang dia lakukan tetapi tak ku gubrisnya. Saya yang hanya serabutan mendapatkan penghasilan tak menentu hanya bisa bersyukut atas semua nikmat yang diberikan Tuhan. Sesekali waktu rekan-rekan mengajak saya untuk bekerja bersama meski tak menetap sebagai karyawan tetap. Dulu saya adalan ahli dibidang bor. Namun pekerjaan itu tak sering saya lakukan akhir-akhir ini. Karena tidak setiap hari orang-orang membuat sumur.

Singkat waktu, kini sudah mulai memasuki hari sabtu. Malam itu (29/9) diantara anak asuh datang menyambangi rumah. Biasanya kalau sedang santai saya dan tim asuhan selalu berkumpul di “tukang” (Rt 03 yang berada dibelakang Rt 01 dan 02) untuk sekedar cerita-cerita. Namun sekarang lebih suka untuk berkumpul di kontrakan yang tidak besar ini. Andi , lukman dan beberapa senior yang sering berkunjung datang malam itu untuk membahas latihan hari esok.
***

MINGGU (30/9) mereka begitu bersemangat dan giat berlatih sepakbola. Sesekali dilakukan pertandingan persahabatan dengan tim sepakbola dari desa lain. Ada tim dari desa tetangga dalam satu wilayah kecamatan. Ada tim sepakbola dari luar kecamatan, bahkan tim sepakbola dari luar wilayah bahkan luar kota pun datang untuk melakukan pertandingan persahabatan. Suasana seperti itu bisa dijumpai dalam dua tahun terakhir ini. Dalam usianya yang masih begitu muda, anak-anak tersebut terlihat memiliki talenta yang baik dalam bermain bola. Dalam kegiatan latihan, selain dikembangkan keterampilan mengolah bola, yang tak kalah pentingnya adalah terbangunnya rasa kekompakan dan suasana penuh semangat. “Ini sepertinya memang akan menjadi kebangkitan kembali persepakbolaan di Sindang Sari seperti halnya dahulu.

Hanya sekarang sedikit berkurang performa tim muda. Sedikitnya orang-orang yang berlatih hari ini membuat semuanya kurang menarik. Terlihat di samping lapang hanya beberapa dari tim muda yang tidak bisa hadir. Tim senior seperti biasa cukup lengkap malah lebih. Terlihat diantara beberapa anak asuh yang lemas karena dirasa tim muda tidak komplit. Kekecawaan itu hanya sesaat karena saya menghampiri mereka dan mengajak untuk mengelilingi lapangan sebanyak lima kali sebelum pertandingan melawan tim senior dimulai.

Rumput semakin meninggi. Gawang yang terbuat dari bambu perlahan menua. Hamparan sawah yang tidak luas menjadi pemandangan asri ketika berlatih. Aba-aba dari saya pun di iyakan oleh mereka yang hendak berlari-lari kecil. Beberapa diantara mereka masih terlihat cape, mengingat hanya mengelilingi lapangan lima kali. Apalangi kalau dua puluh lima kali mengelilingi lapangan, bisa-bisa pingsan semua. Peluit dari sang wasit andalan yang dimiliki Sindang Sari FC ini mulai berbunyi tanda pertandingan akan dimulai. Wasit yang terkenal tegas dan berbeda dengan wasit lainnya. Meski pertandingan ini sebagai latihan semata, namun sang wasit memberi pelajaran kalau kita harus belajar menjadi pemain professional.

Seperti biasa tata aturan sebelum dimulai, sang wasit membariskan tim muda maupun senior. Menjelaskan aturan-aturan yang sifatnya bisa terkena hukuman kartu kuning maupun merah. Yang terpenting aturan disini adalan agar selalu menjaga bahasa. Sejenak saya kagum dengan wasit yang satu ini. Meski tidak dibayar, dan meski Sindang Sari FC bukanlah Sekolah Sepak Bola (SSB) namun sikap professional ia tanamkan kepada kami. Mengajarkan semua hal-hal yang belum kita pahami dalam tata aturan persepakbolaan.

Kick Off babak pertama dimulai. Para pemain siaga di posisinya masing-masing. Saya yang sebelumnya memberikan strategi untuk melawan tim senior, kini saya pun menjadi lawan bagi mereka. Serangan demi serangan mereka lancarkan. Namun lagi-lagi bisa di patahkan oleh pertahanan dari tim senior. Giliran tim senior yang mengobrak-abrik pertahanan tim muda. Serangan kami membawakan hasil. Kedudukan 1-0 untuk kemenangan tim senior. Tak lama berselang dari kemenangan, tim muda tak patah arang. Serangannya kali ini menyamakan kedudukan 1-1. Semua berteriak “semangat” Entah kepada siapa kata-kata itu ditujukan. Namun saya senang melihat semangat mereka meski tim muda tak lengkap.

Setelah sekian menit berlalu babak pertama usai. Semua pemain turun minum. Sedikit yang saya sampaikan … “terus serang pertahanan senior, up langsung ke straiker bolanya”.
“siap mas Boy”… gubris semua tim muda.

Babak kedua dimulai. Bola sekarang berada di kaki tim senior hendak memulai pertandingan. Si kulit bundar melaju kasana kemari. Serangan demi serangan dilancarkan tim muda. Senior tak mau kalah. Mendapatkan fisik tim muda sudah mulai lemas, kelemahan itu dijadikan kesempatan bagi senior untuk menyerang. Al hasil kedudukan 2-1 kemenangan atas senior. Tim muda mulai kehilangan arah. Mental mereka tak cukup kuat untuk melawan tim senior. Namun tak jarang tim senior dipermalukan atas kemenangan tim muda yang skornya terpakut jauh.

Kini tim muda kembali melancarkan serangan. Bola bergulir terlalu jauh kedepan dan mencapai titik Offside. Tendangan untuk tim senior menjadi kesempatan menyerang kembali. Salah satu kelemahan yang bisa terbaca oleh tim senior yaitu pertahanan tengah tim muda. Seringkali di area tersebut tak ada yang menjaga lawan. Kebanyakan dari mereka mengawasi bola ke daerah sayap. Benar apa yang saya prediksi bahwa di area inilah salah satu kelemahan yang fatal untuk tim muda. Salah satu penyerang dari tim senior melancarkan tendangan jauh ke tiang gawang tim muda yang akhirnya menembus gawang dan skor 3-1.

Mental para pemain muda semakin menurun. Kesalahan mereka lancarkan ke pemain yang bertugas mengawasi area belakang. Padahal di area tengahlah yang selalu minim akan penjagaan. Saya harus memperhatikan dibagian ini. Merubah kembali strategi di minggu depan. Kick off babak kedua usai. Kemenangan masih dipegang oleh tim senior. Kekecewaan sedikit terlihat diwajah mereka yang mengalami kekalahan.

Semua kembali kerumah masing-masing. Selepas berlatih bersama tim asuhan saya kembali menyambangi tempat dimana saya membersihkan pakaian kotor. Lagi-lagi saya melihat istri saya yang sedang asik dengan dunianya sembari jemari memegang telepon genggam. Malam pun tiba, saya memanggil para pemain senior maupun tim muda. Ada yang hendak saya sampaikan mengenai pertandingan minggu depan.

Sontak meraka berdatangan dengan semangat. “Ada apa mas Boy ??”.. Salah satu diantara mereka menanyakannya dan hendak membuka pembicaraan. “Minggu depan kita tanding persahabatan dengan tim Gede Bage asuhan Mang Enan”.. tangkas saya menjawab pertanyaan tadi.

“oke oke, siiaap”, serentak mereka ucapkan dengan semangat. Kali ini Sindang Sari FC yang menjadi tuan rumah. Kami akan menjalani tanding persahabatan di tempat yang biasa kami jadikan latihan. Tim Gede Bage yang sudah agak terkenal menjadi lawan pertama kami di bulan ini. Pertandingan perdana ini akan menjadi awal bagi semangat tim asuhan saya kedepannya. Mereka (tim gede bage) biasanya berlatih dilapang elang atau lebih dikenal lapangan lokomotif yang berada di daerah elang pangkalan damri.

Sebelum pertandingan itu dimulai, saya tak banyak mempersiapkan strategi. Biarkan pertandingan perdana ini menjadi tolak ukur untuk kedepannya. Namun saya pun sebagai pelatih tak akan menganggap remeh lawan meskipun hanya pertandingan persahabatan. Mang Enan pun sama seperti saya. Ia menjadi pelatih sekaligus masuk tim senior. Nantinya saya pun akan melawan “gegedug” Gede Bage FC itu.
***

Hari yang ditunggu-tunggu pun datang (7/10). Kami mempersiapkan segalanya, mulai dari strategi, ketahanan fisik dan mental serta sedikit air mineral untuk menjamu mereka. Tim muda bermain pertama. Pertandingan ini melibatkan tim senior dan tim muda dari pihak lawan, begitu pun dari Sindang Sari FC. Yang menjadi hakim ditengah lapangan merupakan wasit dari Sindang Sari FC. Setelah semuanya siap untuk bertanding, wasit memanggil kedua belah pihak uktuk berbaris di tengah lapang.

Ia menjelaskan peraturan sebelum pertandingan dimulai. Kick off babak pertama dimulai. Saya hanya bisa berdiri di pinggir lapang untuk memantau perkembangan dan menyaksikan mereka bertanding setelah dua pekan ini berlatih. Si kulit bundar mulai melaju memainkan perannya. Para pemain terlihat berambisi untuk meraih kemenangan. Pelanggaran terjadi ketika salah satu pemain dari tim lawan menjatuhkan anak asuh saya. Tendangan bebas yang dilancarkan hampir mengenai tiang gawan lawan. Semangat tim muda galaxy FC masih terlihat membara, menyerang bertubi-tubi lawannya.

Beberapa menit kemudian usahanya berbuah hasil. Kedudukan 1-0 untuk kemenangan Galaxy FC. Skor masih tetap sama sampai turun minum babak pertama. Tak banyak pesan yang ingin saya sampaikan kepada tim muda. Hanya sedikit senyum yang bisa saya berikan untuk kembali menyemangati mereka. Babak kedua di mulai. Para pemain bergegas menuju tengah lapang. Bola bergulir dikuasai oleh tim lawan. Rupanya mereka mengubah srtategi yang semula hanya bertahan kini mereka berani menyerang dari segala penjuru.

Terliat para tim muda galaxy kewalahan menjaga pertahanan karena serangan datang begitu cepat dan akhirnya dapat menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Pikiran tim muda galaxy mulai kacau. Semangat mulai menurun dan mental mulai terpancing karena lawan bermain agak kasar. Satu kesempatan bagi tim muda galaxy untuk menyerang balik. Penjaga gawang lawan ternyata lebih cekatan dalam menatisipasi datangnya bola. Panas terik menambah fisik dan mental tim muda galaxy semakin menurun terlebih sekarang keadaan mulai berbalik. Skor menjadi 1-2 kemenangan atas tim lawan.

Buyar sudah semua pikiran tim muda. Emosi semakin tak terbendung saat pemain tim muda menjegal lawan yang akhirnya di turunkannya kartu kuning untuk salah satu pemain dari tim muda galaxy. Kekompakan diantara satu sama lainnya mulai renggang. Permainan sudah jauh menyimpang dari strategi. Saya tak bisa menyalahkan mereka. Kini saya pun hanya tertunduk melihat mereka yang beberapa menit lagi pertandingan babak dua usai. Melihat mereka yang mengalami kekalahan pertama di pertandingan perdana tak bisa saya hindari. Biarlah ini menjadi pelajaran kedepannya. Akhirnya peluit panjang di bunyikan tanda babak dua usai. Kemenangan di raih tim lawan. Kekecewaan tergurat di dahi mereka yang bercampur dengan keringat yang bercucuran.

“Tak apa-apa.. jadikan ini pelajaran kedepannya. Makanya harus serius kalau pas berlatih”. Hal itu yang ku sampaikan untuk menenangkan mereka.

Kini giliran tim senior yang menguji kekuatan lawan. Tim lawan pun menurunkan skuad seniornya. Artinya kami sama rata dalam usia dan mungkin pengalaman dalam sepak bola pun tak jauh berbeda. Kick off babak pertama dimulai. Lawan langsung menyerang dengan segala cara. Saya pun sigap mematahkan serangan lawan bekerja sama dengan pemain yang berada di pertahanan belakang. Giliran tim Sindang Sari FC yang balik menyerang. Namun tak semudah itu memasiki pertahanan lawan. Mereka sangat rapat dan hampir tak sedikit pun celah bagi kami memasukin area penalty.  Saling serang dilancarkan kedua belah pihak. Kondisi seperti itu dilalui hingga turun minum. Skor babak pertama 0-0. Kami masih imbang dan ada kesempatan bagi Sindang Sari FC untuk menoreh kemenangan.

Semua pemain senior menuju tengah lapang setelah lima menit kami di beri jeda untuk beristirahat. Permainan masih imbah hingga menit ke tujuh puluh. Tim senior bermain dua kali empat puluh menit. Jauh lebih lama di banding tim muda yang hanya dau kali tiga puluh menit. Tim senior Sindang sari FC mulai kelelahan di bagian penyerang. Operan bola yang saya berikan tak mampu menjebol gawang lawan. Ketika kelengahan terjadi di area pertahanan tengah, tim lawan menyerang balik dengan begitu cepat. Dan Akhirnya mereka berhasil menembus pertahanan belakang hingga bersarangnya bola di gawang kami. Skor 0-1 kemenangan tim lawan. Kosentrasi buyar, mengingat waktu full time semakin mendekat dan tim senior Sindang Sari belum satu pun bisa mencetak gol. Peluit panjang berbunyi tanda berakhirnya babak kedua. Kini memang menjadi hari sial bagi Tim muda dan tim senior Sindang Sari FC. Dua kekalahan di alami. Tapi ini bukan akhir dari segalanya mengingat ini pun hanya sebagai pertandingan persahabatan.

Kami pun bersalaman dengan tim lawan tanda Fair Play. Kembali ke base camp tempat berkumpul setelah usai menjalani pertandingan yang sedikit membuat tim malu. Saya harus membangkitkan kembali semangat mereka yang sudah menurun. Mengingat dua pekan lagi tim Sindang Sari FC di undang bertanding persahabatan melawan Garuda FC di Cisaat. Saya harus memfokuskan kepada seluruh tim agar selalu menjaga kondisi, mental serta fisik. Soal menang dan kalah itu hal biasa terjadi di dunia persepakbolaan, mungkin juga dipertandingan olahraga lainnya. Setelah saya mengabarkan bahwa tim akan bertandang ke Cisaat, sontak seluruh tim semangatnya berkobar. Dua pekan tim berlatih dengan sungguh-sungguh. Kesekian kalinya tim bertandang ke Cisaat untuk menguji kemampuan mereka yang sebelumnya pernah kami coba. Hasil akhir tim muda di taklukan dengan skor 3-1. Hanya tim mudalah yang bertanding kala itu. Namun sekarang tim muda dan tim senior Sindang Sari FC di uji kemampuannya oleh tim lawan.

Untuk pertandingan tandang kali ini saya memberikan sedikit teori kepada tim muda. Terakhir kali teori ini di berikan ketika tim masih berlatih dilapang Cijerah lima tahun silam. Kini saya pun sedikit memberikan pengetahuan mengenai tehnik dan cara menggiring bola yang ideal sebelum tim asuhan mempraktekannya di lapang.
***

Minggu (28/10) saya beserta tim bersiap menuju Cisaat. Persiapan sudah lengkap dan tim pun melaju menuju lokasi. Sesampainya disana tim di jamu dengan hangat oleh tetua mereka. Saya beserta tim rombongan di persilakan untuk beristirahat sejenak di gazebo sebelah kanan. Tim lawan mulai berdatangan beserta pakaian yang sudah rapi mereka kenakan. Semua bersiap di tengah lapangan karena pertandingan akan dimulai. Tak lama setelah diarahkan oleh wasit, peluit panjang dibunyikan. Pertandingan berlangsung sengit. Kedua-duanya saling adu strategi. Saling serang hingga suasana pertandingan semakin hidup. Bola melambung tinggi ke luar lapang. Menghasilkan lemparan kedalam bagi tim muda galaxy.

Waktu terus berjalan dua kali tiga puluh menit. Hingga mencapai babak akhir tim muda galaxy harus mengakui kekuatan lawan dengan takluk 2-1. Mulailah tim senior menguji kemampuan lawan. Tim senior bersiap untuk ketengah lapang. Lawan yang berpostur lebih tinggi tidak membuat kami tim senior Sindang Sari FC patah arang. Peluit berbunyi tanda permainan dimulai. Segala kekuatan dikerahkan untuk menjebol gawang lawan. 

Dua puluh menit menjelang belum satu pun tercipta gol. Mulailah menit ketiga puluh pernainan memanas ketika lawan berhasil mencetak gol ke gawang tim senior Sindang Sari dengan waktu yang relative singkat. Dua gol tercipta dengan perbedaan jarak waktu kurang dari satu menit. Konsentrasi mulai kalang kabut. Skor masih sama 0-2 hingga turun minum dengan kemenangan tim lawan.

Setelah waktu istirahat usai, kedua tim bergegas memasuki area lapang dan menduduki posisi masing-masing. Pertandingan dilanjutkan dengan semangat. Masih ada celah bagi tim senior untuk mengejar ketertinggalan. Namun hal itu menjadi buyar setelah lawan berhasil menjebol gawang tim senior lagi. Kini kedudukan 0-3. Saya yang ikut serta dengan tim senior berusaha terus untuk memberikan semangat dan motivasi untuk mengejar ketertinggalan. Lima belas menit menjelang ahkirnya tim senior bisa mencatak satu gol. Kita masih terpaut dua gol dari tim lawan. Berusaha mengejar bola dan menggiringnya ke titik penalty, namun ketatnya pertahanan lawan membuat kami kesulitan menembusnya. Saat tenaga suda terkuras dan stamina mulai melemah, hal itu dimanfaatkan oleh lawan uncuk kembali mencuri angka.

Kini peluang kami untuk mengejar ketertinggalan kandas karena tim lawan terus memborbardir pertahanan tim senior. Skor akhir adalah 1-7 dengan kemenangan tim lawan. Tim senior lebih dipermalukan dihadapan banyak penonton. “Itu hanya permainan, dan kekalahan sudah biasa dan jadikan itu sebagai salah satu pelajaran supaya kita lebih giat dan kompak lagi”. Hanya itu yang saya ucapkan sambil tersenyum usai kekalahan yang tim senior alami. Tim pulang dengan tangan hampa. Mengalami kekalahan di dua pertandingan terakhir. Apa yang salah dalam kepelatihan saya ?? Selintas pikiran bodoh itu muncul. Di kandang maupun di tandang tim mengalami kekalahan. Tersadar saat beberapa tim muda mengeluh. Ternyata titik kelemahannya yaitu di segi mentalitas. Mental mereka belum cukup kuat untuk melawan tim lain yang jauh lebih matang dari segala hal. Jiwa pemenang yang kini harus saya tanamkan dibenak para pemain.

Sepekan setelah pertandingan itu. Tim pun kembali untuk berlatih seperti biasanya. Sesi latihan ini di khususkan hanya untuk mental dan strategi permainan. Hari (4/11) ini sedikit mendung. Sisa hujan semalam masih membasahai rerumputan lapang. Lapang yang terlihat becek membuat sesi latihan Minggu ini sedikit lebih berat disbanding sebelumnya. Pasalnya tanah yang lembek akan menempel di sepatu yang kami kenakan dan menjadi akan berat untuk berlari.

Hal itu tak menyurutkan semangat tim muda maupun senior. Saya dan pemain lainnya tetap berlatih penuh semangat. Mengingat pertandingan minggu lalu membuat kami harus berlatih lebih giat dan serius. Seperti biasa tim berlatih dengan langsung bertanding dengan senior. Hari ini saya hanya ingin menerapkan beberapa strategi. Strategi baru ini yang nantinya akan di terapkan untuk bertandang ke Panjalu melawan GBX FC. Ya, tim mendapatkan undangan tanding persahabatan lagi. Namun sekarang jarak tim lawan cukup jaun dan tim Sindang Sari FC memiliki waktu tiga minggu untuk berlatih.

Sedikit kesulitan bagi tim muda agar bisa mengaplikasikan strategi. Masih butuh adaptasi dalam pengaplikasiannya. Latihan usai dan kami pun beranjak pulang ke base camp tempat kami berkumpul yaitu di “tukang”. Setelah saya memberi pengarahan bagi mereka tim muda, saya pun pulang ke rumah untuk membersihkan badan. Sepulang kerumah saya mendapati istri yang sedari tiga pekan lalu hari-harinya selalu asik dengan telepon genggam. Kecurigaan mulai saya rasakan. Pasalnya ia selalu senyum-senyum sendiri ketika melihat ke layar handphone. Tapi mungkin itu kecurigaan bodoh saya.

Setelah semuanya beres saya pun mengambil nasi yang tersedia di lemari makanan. Hendak mengisi perut dan beristirahat. Sore berlalu, hujan mengguyur wilayah ini terus menerus. Tak banyak yang saya lakukan. Hanya berdiam diri di kamar dengan ditemani istri dan anak semata wayang. Sesekali saya meminjam handphone yang sedang dipegang istri saya. Namun ia menolaknya dengan alasan masih dipakai. Tidak saya perpanjang masalah ini dan akhirnya mata pun terpejam.

Hari sudah pagi. Saya beranjak dari tempat tidur untuk segera mandi dan mencari nafkah kembali. Terlihat sang istri sudah tak ada di samping saya. Mungkin dia sedang membeli masakan atau sedang menemui ibunya (mertua saya). Saya pun berangkat dengan rekan sebaya saya untuk mengurusi pipa saluran yang rusak. Pekerjaan serabutan itu saya dapatkan dari rekan saya yang juga ahli dalam bor dan system saluran air. Hanya limapuluh ribu penghasilan hari ini. Saya syukuri berapun penghasilan yang saya dapatkan hari ini.

Waktu seakan cepat untuk berputar. Hari sudah malam. Beberapa dari tim muda berkunjung kerumah. Hanya sekedar ngobrol-ngobrol santai yang ditemani dua cangkir kopi dan sebungkus rokok. Melihat kedalam kamar, istri saya sudah terlelap lebih cepat dari sebelum-sebelumnya. Waktu menunjukan pukul 9. Biasanya saya dan beberapa tim muda berbincang hingga larut malam. Selalu begitu setiap harinya hingga pecan kedua di bulan November datang. Berlatih seperti biasanya namun kini tim muda lebih sedikit yang datang.

Kekecewaan sempat terlintas di benak saya. “Kemani ini anak-anak tim muda ?”…
“Tidak tahu mas Boy”.. jawaban singkat itu menambah kekecewaan saya. “Aah gimana ini anak-anak !! Katanya mau bisa dalam sepak bola tapi untuk latingan minggu ini enggan pada datang”.

Masalah itu tidak saya perpanjang. Saya dan seluruh tim kembali berlatih. Tidak seperti biasanya. Para tim kekurangan pemain. Yang biasanya kami bermain sebelas orang, kini kedua tim hanya bermain Sembilan orang dari tim muda dan sepuluh pemain dari tim senior. Sedikit menyesakan dada. Apa yang menjadi permasalahan skuad Sindang Sari ini hingga untuk berlatih saja malas. Saya sebagai pelatih hanya bisa memaklumi keadaan. Mungkin mereka yang tidak hadir hari ini memiliki kesibukan masing-masing yang tidak bisa ditinggalkan.
***

Selesai sudah latihan pekan kedua ini. Saya yang langsung berandak dari tengah lapang membereskan perlengkapan sepak bola. Sepulang kerumah terlihat istri saya sedang menjemur pakaian dan kembali kekamar untuk mengambil handphonenya yang tergeletak di karpet. Gelagatnya aneh hari ni. Biasanya sepulang latihan, selalu ditawari untuk langsung membersihkan badan terus makan. Namun hari ini tidak. Ia begitu acuh dan langsung meninggalkan rumah hendak berjalan-jalan. Saya pun mulai mencium gelagat aneh dari istri saya itu. Sebulan kebelakang ia sangat di sibukan dengan telepon genggamnya.

Sesekali saya meminjam handphonenya namun tak ia berikan. Sewaktu-waktu, ia lupa meniggalkan handphonenya tergeletak di atas bantal. Dengan sigap saya mengambil handphone tersebut selagi istri saya sedang keluar rumah. Terkejut ketika saya melihat isi pesan singkat yang ada di kotak masuk handphone milik istri saya. Seketika tubuh saya mematung, nafas seakan sesak dan keheningan menambah suasana kacau tak terbendung. Isi dari pesan itu tak lain kata-kata mesra yang dilontarkan seorang pria untuk istri saya. Dilayar tak ada nama pemilik kata-kata mesra. Yang ada hanyalah ke duabelas nomor.

Emosi menyulut, amarah menaik. Sekejap saya membanting handphone milik istri saya. Dalam hari berbagai kata terucap. Ketika kata kasar yang terucap dibibir saya, tak bisa membendung emosi dan ketidak percayaan ini. Hati ii remuk seketika melihat hamper seluruh kotak masuk berisi pesan-pesan mesra. Lemas terduduk di pojok kamar. Tak bisa berbuat apa-apa dan saya pun bukan seorang manusia yang suka menyakiti ornag yang saya sayangi. Namun hal ini membuat saya bingung harus berbuat apa. Tak lama terbuka pintu kamar yang tak lain itu adalah istri saya. Ia mendapatkan saya sedang duduk terpojok dan melihat handphonenya yang sudah hancur membagi dua.

Tak tahu apa yang harus saya perbuat ketika melihat istri mulai bercucuran air mata. Ia rupanya mengetahui sebab marahnya saya kepadanya. Mungkin yang ia rasakan malu, marah, dan perasaan campur aduk saat perselingkuhannya diketahui oleh saya. Hanya karena sering diisi pulsa oleh sang lelaki, istri saya pun terpikat karenanya. Tak lama ia menangis, tiba-tiba ia pergi tanpa salam meninggalkan rumah. Saya yang hanya bisa memendam amarah membiarkan ia pergi. Saya tahu ia tak akan pergi jauh kecuali kerumah ibunya. Malam setelah kejadian itu, Reyhan datang menanyakan keberadaan ibunya. “ibu ada di rumah nenek Rey”.. ucap saya seolah tidak terjadi apa-apa. “oh iya ayah, rey susul kesana ya !!”.

Malam ini saya tidur sendiri tanpa istri tanpa anak tiri yang sangat saya sayangi dan sudah saya anggap anak sendiri. Lamunnan saya jauh ke langit-langit. Penyesalan seketika datang disusul emosi yang tak bisa saya tahan. Dalam hati saya meronta, “mengapa ia setega itu terhadap saya !!, Apa salah saya ?? Apakah ia tidak bahagia bersama saya ??” Pertanyaan itu terus mengambang di kening saya. Taj jarang air mata menetes di pipi saya. Mengingat saya yang sudah percaya sepenuhnya kepada istri, namun ia khianati dengan sesuka hati. Memang sayang, Sayang ada ada orang lain. Orang lain dengan kebenaran yang berlainan"

“Tuhan kenapa ujian yang kau berikan begitu hebatnya, hanya kepada mu aku bisa memohon jalan yang baik, seberat apapun ujian itu,aku harus bisa melewatinya”. Kini saya berada dititik terendah dalam kehidupan saya. Hal tersebut menjadi kali ketiganya saya berada di titik terendah. Pertama ketika ibu angkat saya yang sedari kecil mengurus dan membesarkan saya, harus pergi selama-lamanya untuk menghadap Ilahi. Kedua ketika saya mengetahui ayah saya pertama kalinya saat usia saya sudah mencapai 32 tahun barulah saya bisa menemui ayah kandung saya yang masih hidup. Ia menceraikan ibu kandung saya sejak saya masih berusia dua tahun. Dari sana saya di asuh oleh ibu angkat dan tak tahu menahu kabar ayah saya dimana dan apakah ia masih hidup atau sudah mati. Kini yang ketiga, istri yang sudah saya saying sepenuh hati, mengkhianati cinta suci yang di ikat oleh tali pernikahan.

Bayang-bayang itu membuat saya lemas dan sekejap menutup mata yang mulai membengkak karena terlalu peding mengeluarkan air mata. Ke esokan harinya saya hendak mencari keberadaan istri saya yang dari semalam menghilang. Benar dugaan saya, ia berada di rumah ibunya. Dengan hati yang sabar saya mencoba untuk berbicara dengannya. Namun ia menolak untuk diajak berbicara. Ia lebih memilih mengurung diri dikamar ibunya. Mertua saya sudah tahu apa yang sedang kami alami. Semalam istri saya bercerita sambil menangis, mengadu kepada mertua saya. Tak pelak ibunya pun kecewa terhadap istri saya yang sudah menyimpang.

“Hormatilah bunda mu seperti kau menghormati diri kamu sendiri.setelah itu baru orang lain”. Kata-kata itulah yang saya ucapkan di depan kamarnya yang hendak mengurung diri sebelum saya pulang ke kontrakan. Sesampainya disana terlihat beberapa rekan saya Elang dan Deni (sering di sebut Kudil) yang sedang menunggu kedatangan saya. Mereka heran dengan sikap dan raut wajah saya yang ditekuk.

“Ada apa Boy, kamu terlihat lesu ? Apa ada masalah ?”..
“Ceritanya di dalam saja lang..” jawab saya yang sembari terus melangkah kedalam kontrakan.
Mereka kaget atas pernyataan yang baru saja saya sampaikan. Mereka terbelalak tidak percaya terhadap sikap dan kelakuan istri saya. Ya, mereka lebih mengenal istri yasa sebagai sosok istri yang penurut, tak banyak tingkah, dan periang. Namun dibalik semuanya itu, seorang manusia mempunyai kekurangan di dalam dirinya. Mereka hanya bisa menyemangati saya dengan terus mengucapkan kata “tabah”.

Hari-hari saya kini sendiri, tanpa ada istri di samping saya. Saya terus menerus membujuk istri saya agar dapat diajak bicara dan menyelesaikan permasalahan ini. Namun hasilnya nihil. Istri saya yang terlanjur malu atas kelakuannya membuat hati dan emosi saya tidak terbendung. Sampai-sampai saya meminta bantuan ibunya hingga kakak-kakaknya agar bisa membujuk istri saya. Dengan sabar saya menantinya. Hampir seminggu istri tidak pulang. 

Dengan kondisi seperti ini saya masih teringan akan anak asuh saya. Bila saya seperti ini terus semuanya tidak akan berubah menjadi indah. Larut dalam kesedihan tidak akan mengubah semuanya kembali pada keadaan semula. “Berpikir yang baik dan sehat, mencerminkan seseorang bahwa dirinya adalah orang yang bijak dalam hidupnya. Jangan kau berpikir terlalu jauh, berpikirlah semampu diri mu karena hidup ini ada di tanganmu sendiri”. Itulah yang selalu kutanamkan dalam benak saya.
***

Di tengah-tengah permasalahan keluarga yang saya alami, tetap anak asuh tim muda dan senior menjadi tanggung jawab yang tidak boleh diabaikan. Kabar perselingkuhan yang dilakukan oleh istri saya pun sudah sampai ke tangan anak asuh saya. Tim mudalah yang sering menyemangati saya agar tetap tegar menghadapi semuanya. Kini tim muda lebih sering berkunjung ke rumah saya untuk sekedar menemani saya agar tidak kesepian bila malam menjelang. Tak jarang pula mereka menginap mencairkan suasana yang beberapa hari kebalakang sempat membeku.

Tawa mereka mencairkan suasana dan sesekali saya terlupakan akan masalah yang saya hadapi. Namun ketika pagi menjelang, perasaan sesal itu datang kembali seolah tak henti-hentinya membuat saya menderita. Suatu keputusan yang harus saya lakukan. Saya tak ingin harga diri saya di injak-injak. Setelah beberapa hari lalu saya mendatangi ibu kandung saya yang berada di daerah Pasteur dan menceritakan persoalan yang sedang saya hadapi. Ibu yang tak ingin melihat anak lelakinya menderita, ia pun memberikan solusi terbaiknya. Ia menyerahkan segala keputusannya kepada saya. Ia hanya bisa menasehati saya dengan pesan-pesannya yang sangat berharga bagi saya. Sebuah keputusan yang saya ambil adalah menceraikan istri saya. Ya, suatu keputusan yang konyol dan berakibat fatal bagi saya kedepannya. Namun ini adalah jalan terbaik untuk saya. Mungkin Tuhan memiliki rencana lain untuk kita berdua. Dan mungkin juga saya belum ditakdirkan menjalin hubungan bersama istri saya itu.

Hari ini saya mendatangi kakak laki-laki dari istri saya dan menyampaikan maksud dan tujuan saya. Awalnya saya di caci maki oleh kakanya tersebut, akan tetapi setelah menceritakan duduk permasalahannya, ia pun mengerti keadaan saya. Ia menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada saya. “Bila itu yang terbaik untuk kamu Sep, saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya”, itu yang ia katakan sambil tersedu-sedu. Saya pun pulang dan mengabari kepada istri saya lewat pesan singkat perihal keputusan saya untuk menceraikannya.

Hidup adalah suatu rintangan yang tak pernah berhenti akan segala cobaan dan godaan. Inilah hidup yang sebenarnya. “Aku mengalah bukan berarti aku kalah tapi aku mengalah untuk kebaikan dan kemenangan”. Tak selamanya hidup itu indah, tak selamanya cinta bersemi terus, karena semua ada batasnya dan hanya tuhan yang tahu hidup dan cinta seseorang. Jangan pernah kau mencintai perempuan sebelum kau mencintai dan menghormati ibumu, karena dialah perempuan diatas segala-galanya. tak pernah akan kulupakan semua yang telah kau berikan kepada ku. Hati saya terus menggerutu melamunkan kejadian pahit yang menimpa saya. Mungkin Tuhan punya rencana lain di balik semua peristiwa ini. Masih jauh jalan hidup yang harus saya jalani. Tuhan, aku yakin semua ini akan berakhir dengan indah.

Saya terus mencoba untuk berbicara kepada istri saya yang sudah dua pecan tidak pulang. Dan ia mengiyakan keputusan saya. Bujukan kakak laki-lakinya berhasil membuat istri saya ingin berbicara empat mata dengan saya. Saya ungkapkan semua kekesalan, unek-unek saya kepadanya. Inilah akhir dari sebuah perjalanan singkat. Mungkin bagi dia, namun bagi saya, empat tahun menjalani pernikahan bukanlah waktu yang singkat dan harus berakhir dengan perceraian.

Kini saya beserta beberapa rekan dari tim senior membantu saya melakukan proses perceraian. Salah satu dari mereka membuatkan surat perceraian. Ya, saya, keluarga saya beserta istri dan keluarganya memilih bercerai dengan cara damai. Kami tidak melakukan proses perceraian melalui jalur pengadilan. Mengingat jalur tersebut membutuhkan waktu dan biaya yang tidak murah. Saya hanyalah seorang “tukang bor” memilih untuk melakukannya secara sederhana.
***

Minggu pun tiba (18/10). Saya masih belum bisa berkonsentrasi secara penuh untuk membimbing anak asuh. Sempat mengikuti latihan namun bayang-bayang istri saya atas kelakuannya masih jelas terbayang di pikiran saya dan itu sangat mengganggu saya. Babak pertama selesai, saya pun memutuskan untuk berhenti latihan terlebih dahulu dan tidak mengikuti latihan di babak dua. Saya hanya diam di pinggir lapang untuk sekedar menenangkan hati.

Latihan selesai dan tim pun kembali pulang. Miris hati saya ketika melihat performa tim asuhan menurun drastic karena terkena imbas permasalahan yang saya alami. Mereka menjadi bulan-bulanan ketidak semangatan saya dalam melatih mereka. Kasihan sekali mereka harus ikut merasakan apa yang seharusnya tak mereka rasakan. Namun inilah yang disebut-sebut dengan solidaritas. Mereka tak menganggap saya sebagai atasan atau apalah. Ketika satu sama lainnya merasa sakit, yang lain pun ikut merasakannya. Saya bangga dengan mereka.

Malam tiba dan saya mempersiapkan diri untuk hari esok. Karena hari esok pertemuan saya dengan pihak keluarga istri saya dan kami akan melaksanakan proses perceraian. Terlelap tidur dan ditemani oleh beberapa rekan senior yang juga menginap di kontrakan yang tak begitu luas ini. Cinta bukanlah segalanya, tapi kasih sayang yang membuat hidup jadi bahagia. Aku tak akan pernah menyerah untuk jalani hidup walau dalam kesendirian.

Hari yang tak ingin kutunggu pun tiba. Saya bergegas untuk mandi dan mempersiapkan diri di hari penuh luka ini. Setibanya di rumah mertua, sudah hadir beberapa keluarga dari pihak istri saya dan wakil dari keluarga saya. Terlihat istri saya tertunduk merasakan kesedihan yang terlihat di raut wajahnya. Proses perceraian itu tak terlalu lama dan saya resmi berpisah dengan sang istri. Kini saya berstatus sebagai seorang duda. Ini keputusan final yang harus saya hadapi dengan segala konsekuensinya. Dan kini saya menjalani hidup sendiri di rumah kontarakan. Rasa penyesalan memang ada, namun dalam komitmen saya berjanji tak akan pernah memutuskan tali silaturahmi dengan istri saya maupun dengan keluarganya. Hingga cerita tentang saya ini di tulis oleh rekan senior dan merupakan tim asuhan juga, saya tak pernah putus untuk berkomunikasi dengan mantan istri saya itu.

Kembali saya focus dan menyibukan diri saya dengan berbagai kegiatan. Memang sekarang saya sendiri, akan tetapi itu tak sepenuhnya. Karena saya masih memiliki tim asuhan yang selalu menemani saya dalam kesendirian. Dan mereka masih menjadi tanggung jawab saya sampai ada yang menggantikan saya di posisi kepelatihan Sindang Sari FC. Empat hari menuju pertandingan tandang melawan GBX FC asal Panjalu. Saya sibuk mempersiapkan anak asuh dengan berbagai teori. Untuk prakteknya, sudah tidak ada waktu lagi. Empat hari menjelang tour tandang ini, saya memperbanyak dengan memberikan pengarahan kepada mereka tentang strategi. Mereka menyimak dengan seksama. Terlihat keseriusan mereka memperhatikan apa yang saya sampaikan dan semangat mereka yang berkobar seiring semangat saya yang tumbuh kembali dari keterpurukan.

Tak peduli nantinya mereka akan mengahadapi lawan seperti apa dan tak peduli kalah atau pun menang. Yang hanya ingin saya lihat adalah permainan cantik mereka, semangat mereka dan kekompakan mereka di tengah lapang.
***

Hari yang ditunggu-tunggu pun datang (25/10). Kami menyewa beberapa kendaraan yang dipakai untuk mengantarkan kami ke Panjalu. Membutuhkan dua mobil untuk mengangkut para pemain yang terdiri dari tim senior dan tim muda. Perjalanan pun dimulai setelah kami menyewa mobil untuk tour yang cukup jauh jaraknya.

Setibanya disana, saya dan tim di jamu dengan ramah oleh penduduk panjalu. Lalu mereka menawari kami untuk makan siang terlebih dahulu, karena perjalanan kami cukup jauh dan beberapa di antara tim adaya yang belum makan sama sekali. Maka dari itu saya pun memutuskan agar tim mengisi tenaga dahulu. Lagi pula pertandingan masih lama. Kami tiba pukul 12.30, sedangkan pertandingan dimulai pukul dua. Masih ada waktu bagi tim untuk beristirahat dan mempersiapkan tenaga untuk pertandingan siang nanti. Adzan dzuhur berkumandang. Saya dan para tim pun bergegas mengambil air wudhu, sembahyang dan berdoa agar pertandingan kali ini di lancarkan dan kami bisa pulang dengan selamat ke kota asal.

Setelah semuanya dipersiapkan, saya dan para tim pun digiring menuju lapangan. Terhampar luas lapangan yang akan kami pakai untuk bertanding. Namun hal itu tak membuat gentar skuad Sindang Sari ini, karena sebelumnya tim pernah berlatih di lapangan Brigif (lapangan dikawasan tentara-Cimahi) yang jauh lebih luas. Para tim bersiap, dan tim seniorlah yang pertama bertanding untuk memberikan sensasi berbeda dan agar tim muda terpacu semangatnya.

Kedua tim senior berada ditengah lapang siap melakukan pertandingan. Seperti biasanya, wasit member pengarahan dan peluit panjang dibunyikan. Kedua tim sama kuatnya dan kedua tim memiliki talenta yang tak bisa dianggap remeh. Jelang beberapa menit serangan terus dilancarkan oleh tim GBX Panjalu. Seolang tak ingin kalah, skuad Sindang Sari pun gencar menyerang balik. Saya rasakan kelelahan yang menyerang saya. Namun saya tak mau kalah, karena jauh-jauh kami datang kesini bukan untuk mengalami kekalahan lagi. Hingga babak satu usai, skor masih tetap imbang 0-0.

Istirahat sejenak dan mengevaluasi pertandingan babak pertama menjadi rutinitas skuad tim senior. Wasit member aba-aba tanda pertandingan babak kedua dimulai. Kekuatan kedua tim benar-benar imbang. Terlihat bola lebih hidup dan permainan cantik di tunjukan kedua belah pihak. Hingga satu kelemahan terjadi di skuad Sindang Sari yang menyebabkan lawan berhasil menjebol penjaga gawang dan skor 0-1 atas kemenangan GBX FC.

Tidak seperti biasanya, tim senior sekarang lebih santai dalam memainkan bola. Saya senang dengan hal tersebut. Kini tim senior tidak dipengaruhi seberapa besar kekalahan yang dialami, mereka tetap bisa mengontrol bola serta emosinya. Sikap seperti itu membuahkan hasil. Dari sisi kanan tim senior menyerang namun bisa ditepis penjaga gawang lawan yang akhirnya bola bergulir bebas. Tak sampai disitu, salah satu pemain dari skuad sindang Sari memanfaatkan keadaan dengan menembak langsung bola kea rah gawang dan melahirkan satu gol bagi Sindang Sari. Kedudukan sekarang imbang dan skor satu sama tak berubah hingga jelang akhir babak kedua.

Permainan cantik ditampilkan kedua belah pihak. Kekuatan yang sama-sama dimiliki membuat saya sangat terhibur merasa bangga akan kedua tim meski kami tak kalah ataupun menang. Selanjutnya para tim muda yang mencoba kekuatan tim muda GBX FC. Kedua tim muda dipersilakan memasuki area lapangan. Dan sekarang saya hanya sebagai penonton yang mengawasi jalannya pertandingan. Saat inilah yang tepat untuk melihat seberapa suksesnya strategi yang saya tanamkan empat hari yang lalu.

Pertandingan dimulai, para tim muda terlihat bersemangat dari sebelumnya. Meski mereka usianya masih muda antara 17-20 tahun, namun semangat mereka patut diacungi jempol. Sesuai dengan prediksi saya, tim muda galaxy bermain cantik dan lebih kompak. Saya sebagai pelatih menikmatinya dipinggir lapang. Saling serang ditunjukan kedua tim. Lawan yang semakin sulit menjebol pertahanan skuad galaxy terus mencari celah. Namun hal itu sia-sia karena sebelumnya saya beri pengarahan supaya bagian belakang agar lebih rapat. Giliran skuad muda galaxy membalik keadaan. Penyerang dari tim muda berhasil membobol gawang lawan yang menyebabkan mereka kalang kabut. Tepat bola itu bergulir menyarang di gawang lawan, peluit babak pertama berbunyi dan pertandingan sementara dimenangkan skuad galaxy 1-0.

Rupanya tim muda GBX FC lebih memfokuskan ke pertahanan tengah dan menyisakan tiga pemain di depan. Terlihat di babak dua ini skuad GBX muda terus menyerang kea rah sayap kiri. Karena banyaknya penyerangan ke bagian kiri hingga tim muda galaxy tidak memfokuskan pada sisi kanan. Seketika lawan mengumpan bola ke arah kanan, disana tak ada penjagaan dari tim muda galaxy. Dengan leluasa lawan mencetak gol dari samping kanan. Mereka berhasil mengejar ketertinggalan. Tim muda galaxy tak patah arang dan terus memborbardir pertahanan lawan. Saya sangat senang dengan perkembangan tim muda, karena mereka mampu bangkit dengan cepat setelah beberapa pekan luput dari pengawasan saya. Mereka tunjukan permainan terbaiknya. Bermain kompak dan selalu berkomunikasi anatara satu sama lainnya membuat saya tak mempedulikan mereka akan menang atau pun kalah.

Jelang setelah sekian lama saling serang. Tim lawan kembali mencetakan gol ke gawang tim muda galaxy. Kedudukan sekarang 1-2. Meski tertinggal satu gol, tim muda galaxy terus menunjukan kemampuannya dengan tetap focus pada strategi. Sesekali kapten dari tim muda membuat inisiatif dengan mengubah strategi dan lajur arah bola. Itu yang membuat saya semakin semangat menyaksikan tim asuhan saya bertanding hingga akhir babak kedua. Mereka memperkuat area pertahanan hingga tak satu pun gol tercipta ke gawang tim muda galaxy hingga babak kedua usai. Begitu pun tim muda galaxy tidak mampu menembus gawang tim lawan.

Setelah berakhirnya babak kedua yang dimenangi tim lawan dengan skor 1-2, saya menghampiri tim muda galaxy dan membuat lingkaran kecil. Menyampaikan beberapa kesan dan pesan setelah itu saling bertumpuk tangan seraya berteriak “Galaxyyy yeaaahh”.
Setelah pertandingan usai seluruh tim pun berpamitan untuk kembali ke Bandung. Sepanjang jalan saya hanya bisa tersenyum mengingat hasil akhir yang dicapai tim senior maupun tim muda galaxy. Kemenangan bukan berarti membawa piala atau skor akhir. Kebangkitan suatu tim, kekompakan, permainan cantik itu semua yang kami sebut “KEMENANGAN”.

***



Related Post:



0 komentar:

Posting Komentar

Text Message

 

My Self. Copyright 2013. All Rights Reserved. Revolution Theme-Template. Modified by aankamar