Ukiran
Boy dalam Football
PAGI itu sebelum banyak orang
beraktivitas, hanya ada beberapa ibu rumah tangga yang lalu-lalang hendak
mencuci pakaian kotor yang sudah menumpuk, saya hanya duduk ditemani kopi yang
perlahan mendingin. Tatapan yang tak tahu entah kemana membawa saya mendalami
berbagai mimpi dan khayalan. Kontrakan yang berjajar hanya tiga rumah menjadi
pemandangan sehari-hari dan tempat bersandar saya tembok gedung yang sering
dipakai berbagai kegiatan.
Tempat saya berteduh dan memejamkan mata menjadi kontrakan paling akhir dan merupakan gang buntu dari gang utama sejauh 300 meter. Suara knalpot motor yang lewat hendak menuju jalan raya mengalihkan perhatian dan membangunkan saya dari khayalan-khayalan. Minggu itu terlihat cerah. Genangan-genangan air sisa hujan semalam mulai surut di sinari matahari yang muncul dari timur.
Dari kejauhan gang utama terdengar beberapa anak-anak usia Tujuh tahunan sembari membawa bola sepak menuju lapangan tempat berlatih. Daerah dipinggiran kota Cimahi Selatan tepat kawasan Cijerah-Melong Asih (Sindang Sari) menjadikan daerah penghubung Bandung-Cimahi. Akses jalan yang semakin hari semakin padat dipengaruhi juga oleh kemajuan penduduk sekitar Cijerah.
Telah lama berdiri sebuah club sepak bola yang hingga kini masih aktif menjalankan kegiatan rutin di hari Minggu. Usianya yang tua sejak berdiri Empat Belas tahun yang lalu tetap menjadikan Sindang Sari FC kokoh meski dipegang oleh tiga generasi kepengurusan. Berawal hanya sebagai selingan kegiatan kecil yang diadakan oleh pemuda Sindang Sari, sekarang berdiri menjadi sebuah organisasi. Kini dikenal sebagai sebuah club sepak bola yang maju dan beranggotakan lebih dari Lima puluh orang. Miris ketika melihat Sindang Sari FC yang sedari dulu banyak diminati oleh setiap kalangan. Mulai dari yang tua hingga yang muda (mulai bergabung tahun 2001-an).